MEDIA MASA MERUSAK TUMBUH KEMBANG ANAK
Media masa sangat mempengaruhi tingkah laku seseorang, apalagi seorang anak yang sedang dalam pertumbuhan. Anak dalam masa pertumbuhan dan perkembangan lebih sangat mungkin melakukan identifikasi perilaku dari orang lain. Sayangnya, saat ini, anak-anak lebih banyak berinteraksi dengan media massa terutama televisi. Jika tayangan televisi menampilkan tayangan yang tidak pantas, maka akan mempengaruhi perkembangan anak kearah negatif secara langsung.
Media televisi di Indonesia saat ini sunggu sangat memprihatinkan. Tayangan Yang ditampilkan tidak lebih dari tayangan kekerasan, seksualitas, hubungan cinta tanpa batas yang tidak mengindahkan budaya dan agama, identifikasi gender yang bermasalah, pergaulan bebas dan intrik sosial, serta berita-berita kekerasan yang terlalu didramatisir. Hal ini menunjukkan bahwa tayangan televisi di Indonesia sangat tidak bersahabat mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak kearah yang positif.
Televisi memegang peranan penting dalam mempengaruhi cara berpikir seorang anak. Beberapa penelitian sudah membuktikan bahwa, sebuah adegan dalam televisi, bisa langsung diimitasi anak setelah menonton tayangan tersebut. Seperti penelitian yang diadakan oleh Albert Bandura, yang memberikan kesimpulan bahwa, anak akan meniru adegan kekerasan lebih besar dari jika ditayangkan adegan kekerasan, daripada tayangan yang bukan bermotif kekerasan. Dan banyak penelitian lain baik dalam negeri maupun diluar negeri yang sudah membuktikan bahwa, televisi memegang peranan penting dalam perkembangan tingkahlaku anak,
Miller (1996) menyebutkan bahwa paparan media televisi yang menayangkan kekerasan dapat meningkatkan kekerasan pada anak-anak. Demikian pula halnya dengan media cetak yang menampilkan gambar-gambar seronok yang tidak mendidik, akan memberikan dampak buruk bagi tumbuh kembang anak.
Karena keprihatinan ini, sehingga dihimbau orang tua untuk melarang anak menonton tayangan yang tidak pantas pada anak, dan menyeleksi bacaan anak yang tidak mendidik, seperti foto-foto dan alur cerita yang tidak sesuai dan tidak mendukung pertumbuhan dan perkembangan fisik dan psikologis anak kearah yang positif. Selain itu perlu regulasi besar-besaran mengenai peredaran permainan yang bertema kekerasan dan pengrusakan (seperti pistol-pistolan, pedagang-pedagang, atau mercon) di masyarakat. Permainan ini disinyalir dapat menjadikan referensi buruk bagi anak meniru adegan kekerasan.
0 comments — Skip ke Kotak Komentar
Post a Comment — or Kembali ke Postingan